Senin, 23 Juli 2012

My Rival Is My Love Part 1A

Diposting oleh Unknown di 7/23/2012 09:33:00 AM

RAFAEL berdiri di samping Morgan sambil menyisir rambutnya yang berdiri kayak duri landak dengan jari-jarinya.
“Gan, pokoknya kalo anak-anak baru itu udah pada datang, lo mesti ngeluarin seluruh kemampuan lo buat bikin mereka takut,” ujarnya bak perwira yang sedang memerintah anak buahnya.
“Iya, gue tahu,” respons Morgan singkat. Cowok bertubuh tinggi itu berdiri tegak sambil celingak-celinguk memerhatikan gerbang sekolah.
Udara pagi itu masih terasa agak lembap. Jalanan masih basah bekas diguyur hujan subuh tadi. Tapi beberapa anak yang tergabung dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah SMAN 6 BANDUNG udah pada kumpul di sekolah sejak jam 06.00 dengan semangat 45. Nggak ada seorang pun yang pasang tampang lemas. Apalagi Handi Morgan Winata, yang lebih beken dengan panggilan “Morgan, cowok tinggi berambut model cepak yang udah hampir setahun ini memegang jabatan ketua OSIS. Dia udah tiba di sekolah sejak jam 05.30, waktu hujan masih dengan riangnya menyiram tanah pertiwi dan gerbang sekolah belum dibuka oleh Pak Susilo, si penjaga sekolah.
Hari ini adalah hari pertama MOS (Masa Orientasi Siswa) buat anak-anak kelas 1 yang untuk pertama kali mengenakan seragam putih abu-abunya. MOS ini sebenarnya diciptakan untuk mengakrabkan para guru dengan siswa baru, kakak-kakak kelas dengan junior-juniornya, juga sarana untuk memperkenalkan siswa baru pada lingkungan sekolah dan program-program sekolah. Tapi bagi beberapa anggota OSIS, terkadang MOS disalahgunakan. Di balik tujuan baik penyelenggaraan MOS ini sering kali ada maksud terselubung, yaitu balas dendam.
Sudah menjadi tradisi turun-temurun bahwa selama MOS yang diadakan tiga hari ini, para anggota OSIS punya wewenang untuk “mengatur” adik-adik kelas mereka yang baru. Katanya sih biar para siswa baru itu punya mental kuat untuk menghadapi kerasnya dunia SMA kelak, juga biar mereka bisa menanggalkan sifat manja yang masih mereka bawa dari lingkungan SMP. Tapi sebenarnya tetap saja balas dendam menjadi tujuan utama para senior ini. Apalagi buat yang sudah duduk di kelas 3, MOS kali ini kan merupakan MOS terakhir buat mereka. Kapan lagi punya kesempatan bentak-bentak dan ngerjain orang tanpa perlu takut dibalas?
“Eh, Raf, anak-anak udah pada siap di posisi masing-masing?” tanya Morgan.
Rafael menganggukkan kepalanya sambil berkata, “Lo tenang aja, semua udah stand by di tempat masing-masing.”
Morgan manggut-manggut. Kepalanya masih sibuk bergerak dan matanya terus memantau gerbang sekolah tanpa berkedip.
“Itu mangsa kita udah datang!” seru Morgan senang. Bibirnya merekah memperlihatkan gigi kelinci yang nangkring di gusinya.
“Mana... mana...?” Rafael maju beberapa langkah sambil melihat ke arah gerbang sekolah. “Iya... benar. Mereka udah datang.”
“Siapa aja yang bertugas menjaga gerbang dan memeriksa kelengkapan atribut anak-anak baru itu?” tanya Morgan.
“Mmm...Reza,Bisma,Ilham,Dicky... sama satu lagi... si Rangga.”
Morgan tersenyum puas. Lima orang yang baru saja disebut Rafael adalah anak buah kesayangannya. Soalnya selain bertampang sangar, mereka juga tegas, bermulut pedas, dan pantang disogok. Morgan yakin lima orang itu akan melaksanakan tugas mereka dengan sangat baik.
@(^-^)@
“Woi, jalannya lelet banget sih? Keturunan siput semua, ya?!” Bisma meneriaki segerombolan anak yang berjalan kaki ke arah gerbang sekolah.
Penampilan anak-anak itu terlihat sangat unik. Mereka memakai topi yang terbuat dari batok kelapa yang dibelah menjadi dua dengan warna yang berbeda-beda. Di atas batok kelapa itu ditempeli bulu-bulu ayam yang disusun berjajar sehingga membentuk kipas. Selain itu mereka juga mengenakan kalung dari jengkol dan pada kalung itu digantung karton putih yang bertuliskan nama julukan mereka. Buat siswa perempuan, rambut mereka dikucir kecil-kecil dan diikat pita berwarna senada dengan topi mereka. Tas yang menggantung di punggung terbuat dari sarung bantal yang nggak tahu gimana caranya bisa disulap jadi ransel. Benar-benar pemandangan yang begitu menarik perhatian. Lucu banget!
“Woi, anak siput! Kalau dalam hitungan ketiga kalian belum juga sampai di hadapan saya, saya suruh kalian lompat kodok dari situ!” ancam Dicky.
“Satu...!” Dicky mulai menghitung.
Gerombolan anak-anak itu bergegas berlari menuju kakak-kakak kelas mereka dengan wajah ketakutan.
“Tiga...! Cepat lompat kodok semuanya!” bentak Dicky.
Para siswa baru itu pada bengong. Perasaan tadi baru hitungan kesatu, kok sekarang udah tiga. Duanya dikemanain? Bukannya tetap berlari, mereka malah berhenti dan pasang tampang bloon.
“Kalian ngerti lompat kodok nggak sih? Cepat lompat kodok dari situ!” Ilham ikut bentak-bentak.
Suara dan tampang Ilham yang nyeremin bikin anak-anak baru itu langsung jongkok dan mulai melompat kayak kodok. Mereka meletakkan kedua tangan di belakang kepala dan mulai melompat dengan kedua kaki.
“Semuanya lompat sambil ikutin nyanyian saya ya! Harus yang keras!” perintah Rangga yang berdiri di depan barisan anak-anak yang mulai melompat.
Rangga memimpin barisan sambil bernyanyi, “Kodok ngorek kodok ngorek... ngorek di pinggir kali. Teot tet blung teot tet blung... teot teot tet blung.
Anak-anak yang melompat di belakangnya ikut bernyanyi mengikuti Rangga. Warga yang tinggal di sekitar gedung sekolah serentak keluar dari rumah masing-masing karena mendengar keramaian yang terasa sangat aneh. Para pengguna jalan juga berhenti sejenak untuk menikmati pemandangan itu. Sebagian besar dari mereka tersenyum dan berusaha mengulum tawa, tapi ada juga sekelompok ibu-ibu yang mengumpat karena merasa kegiatan ini konyol dan nggak ada gunanya.
Namun apa mau dikata, ini kan tradisi turun-temurun. Lagi pula tradisi ini, walaupun kelihatannya agak kejam, nggak pernah sampai menimbulkan korban jiwa kok. Malah biasanya membawa keuntungan tersendiri. Misalnya, pernah ada orangtua murid yang datang ke sekolah untuk berterima kasih, karena anak mereka yang pemalu dan pendiam, setelah digojlok lewat program MOS selama tiga hari, anak itu malah bisa lebih terbuka dan beradaptasi dengan lingkungan sekolah yang baru.
Dan efek positif yang lain, selesai MOS, anak-anak baru bisa langsung akrab dengan kakak kelas. Malah terkadang ada yang terlibat cinlok alias cinta lokasi. Makanya sampai sekarang, di saat tradisi MOS mulai dihapus di beberapa sekolah, SMA 6 BANDUNG tetap mempertahankannya.
“Nyanyinya yang keras dong! Mana suaranya!” bentak Reza. “Yang udah sampai di hadapan kakak yang rambutnya jabrik itu langsung berdiri dan buat barisan.”
Bisma, yang tahu bahwa dirinyalah yang dimaksud Reza, langsung mengambil posisi dan mengatur beberapa anak yang sudah sampai di hadapannya.
“Kalian yang baru datang, langsung lompat kodok dan ikutan nyanyi!” seru Bisma kepada sekelompok anak yang baru saja tiba.
“Hei! Kamu ngapain lompat kayak gitu?” tegur Ilham dengan mata melotot ke arah seorang cewek yang sedang asyik melompat dengan kedua tangan terjulur ke depan, bukan di belakang kepala.
“Saya, Kak?” tanya cewek itu dengan tampang heran.
 “Iya, kamu!” Bisma membaca karton nama yang menggantung di leher anak baru itu. “Semprul, ke sini kamu!” ujar Bismar ketus.
“Lho, salah saya apa, Kak?” tanya cewek itu.
“Berdiri kamu, dan ikut saya!” perintah Bisma.
Cowok itu menurut dan mengikuti Bismar keluar dari kelompoknya.
“Kamu nggak tau cara lompat kodok, ya?” tanya Bisma berusaha sabar begitu berhadapan dengan anak baru itu.
“Tau, Kak. Bahkan saya pernah melakukan observasi khusus pada kodok-kodok yang sering numpang nginep di kolam ikan rumah saya.”
“Saya nggak minta kamu melucu! Kamu mau sok jagoan, ya?” Bisma mulai kehilangan kesabaran.
“Saya kan cuma melakukan observasi aja, Kak. Kok dibilang sok jagoan sih? Emang sihs aya kurang kerjaan. Tapi saya sama sekali nggak ada maksud untuk sok jagoan kok. Nah, kebetulan tadi saya disuruh lompat kodok, ya saya terapkan aja hasil observasi saya itu. Soalnya, menurut hasil observasi saya, kodok tuh melompat dengan menggunakan keempat kakinya. Kedua kaki depannya bukan ditaruh di belakang kepala kayak teman-teman saya. Mereka salah, Kak. Yang benar ya kedua tangan kita juga harus digunakan untuk melompat supaya mirip kodok. Makanya saya melompat seperti itu. Kan disuruhnya lompat kodok,” cewek itu menjelaskan dengan tampang serius.
Bisma menarik napas panjang. Dia agak bingung. Sebenarnya nih cewel memang bermaksud melawan atau memang agak tulalit. Soalnya kalau dilihat dari tampang innocent-nya, cewek ini tampaknya sama sekali nggak ada niat untuk memberontak. Bisma berpikir sejenak, dan ia merasa ada baiknya kalau nih anak aneh langsung diserahkan aja ke Morgan daripada dia salah mengambil keputusan.
“Kamu ikut saya!” perintah Bisma.
“Ke mana, Kak? Saya jangan diapa-apain, ya. Nanti mama saya marah kalau saya melakukan hal yang berlawanan dengan agama. Lagi pula kalo boleh jujur, saya masih suka sama cowok, Kak,” kata cewek itu dengan tampang memelas.
Bisma melotot memandang cewek aneh yang berdiri di hadapannya. “Lo pikir gue cowok apaan?”
“Iih, Kakak... Gitu aja kok marah sih?”
Bisma benar-benar nggak tahan. Tangannya terkepal menahan marah. Dia langsung berbalik lagi dan berjalan menuju pos yang ditempati Morgan dan Rafael selaku dewan pengadilan yang bertugas mengatur anak-anak aneh yang suka melanggar aturan MOS.
Si cewek aneh itu berjalan di belakang Bisma, tetap dengan wajah tanpa dosa.
“Gan, ada pasien buat lo nih! Namanya Semprul!” ujar Bisma kesal ketika sudah sampai di pos Morgan.
Cewek aneh itu berdiri agak jauh dari tempat Morgan, Rafael, dan Bisma. Tapi tatapan tajamnya lurus ke arah Morgan. Senyumnya merekah dan memperlihatkan senyuman manisnya.
“Apa kasusnya?” tanya Rafael.
“Anak aneh,” jawab Bisma singkat. “Cocok banget sama julukannya.”
Morgan menatap cewek yang berdiri nggak jauh dari hadapannya. Anak aneh? Apa yang aneh dari cewek itu? Bahkan menurut Morgan, tampangnya oke kok. Badannya yang tinggi dan langsing bikin tu cewek jadi kelihatan cute. Mukanya yang rada oriental mengingatkan Morgan pada bintang film kesayangan Mama, si Kim O Eun itu tuh. Morgan yakin banget, nggak lama lagi nih cewek pasti bakal jadi salah satu idola sekolah. Tampangnya innocent banget, apalagi senyumnya itu. Tapi entah kenapa, Morgan merasa wajah cewek itu mirip dengan orang yang dikenalnya. Mm... siapa ya?
“Memangnya dia bikin salah apa,Bis, sampai lo bilang dia anak aneh?” tanya Morgan heran. “Apa atribut yang dipakainya nggak lengkap?”
“Kalau soal atribut sih gue nggak tau ya, soalnya gue sama sekali belum periksa,” jelas Bisma. “Tapi yang pasti gue serahin dia ke elo karena dia... asli banget... orang aneh.”
“Apanya yang aneh sih?” Rafael penasaran.
“Lo tanya aja sendiri,” kata Bisma. “Gue mau balik ke pos gue.”
Rafael dan Morgan berpandangan heran. Bisma berjalan menjauh dan kembali bergabung dengan timnya yang sedang berteriak-teriak ke arah anak-anak baru.
Rafael menatap “cowok aneh” yang masih berdiri di tempatnya tadi, lalu memanggilnya, “Heh, Semprul, cepat ke sini!”
Cewek itu celingak-celinguk ke kanan dan kiri, lalu kembali menatap Rafael sambil menunjuk dirinya sendiri. Ia seperti hendak memastikan bahwa memang dia yang dipanggil Rafael barusan.
“Iya, kamu. Memang kamu kira siapa lagi? Baca dong papan nama di dada kamu!” Rafael jadi agak sewot.
Cewek itu berjalan mendekati Rafael dan Morgan.
“Kamu tahu kenapa kamu dibawa menghadap kami?” tanya Rafael begitu cewek itu udah berdiri di hadapannya.
“Mm... awalnya sih saya kira kakak yang tadi itu naksir sama saya dan punya maksud jelek sama saya, tapi sekarang saya sadar...,” jawab cewek itu menggantung kalimatnya.
“Sadar apaan?” tanya Morgan tegas.
“Saya sadar... bahwa kakak tadi ternyata hanya ingin mengantar saya untuk bertemu dengan pangeran yang selama ini saya cari... yang selama ini selalu hadir dalam setiap mimpi-mimpi saya. Dan sekarang pangeran itu sudah berdiri tepat di hadapan saya,” jawab cewek itu enteng. Ia terus menatap Morgan dengan sorot memuja.


====TBC==== 
No Bully -
No Copas -
Maaf kalau jelek...........

0 komentar on "My Rival Is My Love Part 1A"

Posting Komentar

 

DUNIA IDOLA CILIK Copyright © 2010 Designed by Ipietoon Provided By Free Blogger Templates | Freethemes4all.com

Free Website templatesSEO Web Design Agencyfreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesFree Soccer VideosFree Wordpress ThemesFree Web Templates