Senin, 23 Juli 2012

My Rival Is My Love Part 1B

Diposting oleh Unknown di 7/23/2012 09:36:00 AM 0 komentar

 “Terima kasih atas pujiannya, tapi sayang banget, saya nggak mempan sama rayuan gombal. Kamu harus tahu, ini bukan tempat pelatihan buat pelawak atau badut. Kalau kamu mau jadi pelawak atau badut, kamu salah tempat. Kamu mesti bilang sama orangtua kamu untuk segera memindahkan kamu dari sekolah ini. Sekolah ini nggak butuh manusia konyol kayak kamu!” jelas Morgan dengan nada pedas.
“Saya nggak pernah berminat jadi badut atau pelawak, Kak. Saya cuma ingin jadi... pacar Kakak.”
“kamu kira kamu itu lucu, apa?!” benta Morgan.
“Sama sekali nggak lucu, Kak, tapi ada juga sih orang yang bilang kalau saya lucu dan manis,” jawab cewek itu sambil tetap tersenyum manis.
“Kalau begitu, orang-orang yang menganggap kamu lucu itu adalah manusia-manusia semprul kayak kamu!” maki Morgan.
“Wah, kalau itu sih saya nggak tahu, Kak.”
“Udah, Gan... periksa perlengkapannya aja dulu,” saran Rafael.
Morgan menarik napas lalu mengembuskannya perlahan. Benar kata Bisma, cewek di hadapannya ini aneh. Morgan juga nggak tahu apakah cewek itu bermaksud cari-cari masalah atau bukan. Semua masih nggak jelas.
“Keluarin semua perlengkapan yang harus kamu bawa hari ini!” perintah Rafael.
Cewek itu menurut. Dia mengeluarkan berbagai macam barang dari dalam tasnya. Rafael mulai memeriksanya satu per satu. Semuanya lengkap, nggak ada yang kurang.
“Tunggu dulu! Kalung apa yang kamu pakai itu?” tanya Morgan sambil menunjuk kalung yang menggantung di leher cewek itu. “Bukannya yang disuruh itu kalung dari jengkol?”
“Oh... begini, Kak, ceritanya. Saya udah suruh pembantu saya beli jengkol buat dibikin kalung. Tapi dia salah pengertian. Dia kira saya lagi pengin makan semur jengkol. Jadinya jengkolnya dimasak deh sama dia. Tapi saya nggak bisa marah, soalnya semur jengkol buata pembantu saya itu emang enak banget. Berhubung yang ada di rumah tinggal pete, ya udah saya bikin aja dari pete. Gitu Kak ceritanya.”
Rafael berdiri di samping Morgan sambil berusaha mengulum tawa. Gaya bicara si Semprul ini memang asli lucu. Mimik mukanya yang innocent bikin orang yang mendengar ceritanya mau nggak mau jadi percaya. Tapi itu nggak berlaku buat Morgan.
“Kamu pikir saya percaya sama cerita kamu itu?” tanya Morgan.
“Harus percaya, Kak, karena saya memang jujur kok. Apa muka saya kayak muka penipu? Nggak, kan? Kalau mau, Kakak boleh tanya sama pembantu saya di rumah... atau saya suruh dia bikin semur jengkol lagi buat Kakak. Saya yakin, kalau Kakak udah mencicipinya sedikit saja, Kakak juga nggak akan bisa marah sama pembantu saya itu.”
 “Saya nggak peduli dan jangan coba-coba mempermainkan saya...! Sekarang juga saya minta kamu push-up tiga puluh kali!” perintah Morgan.
Push-up, Kak?” tanya cowok itu.
“Iya. Cepat!” bentak Morgan. Suaranya yang keras membuat semua mata memandang ke arahnya.
Cewek itu tersenyum manis lalu berkata, “Kalau Kakak yang suruh, apa pun akan saya lakukan.” Dia meletakkan tasnya di tanah dan mulai mengambil posisi push-up. Lalu perlahan dia mulai push-up di bawah hitungan Morgan.
@(^-^)@
“Oke, semuanya!” perintah Bisma yang menempatkan diri di tengah aula. “Bikin lingkaran besar!”
Anak-anak baru itu mulai bergerak dan membuat lingkaran sesuai perintah senior mereka.
“Woi, pada tau lingkaran besar nggak sih!” bentak Reza. “Atau masih kayak anak TK, bikin lingkarannya harus sambil pakai nyanyian baru ngerti?!”
“Yang di sana!” seru Rafael, “bikin lingkaran besar ya, bukan malah ngumpul dan ngobrol sendiri!”
Teriakan demi teriakan bergema di seluruh aula. Seandainya saja boleh, anak-anak kelas satu itu pasti akan sangat berterima kasih bila diizinkan menyumpal telinga mereka dengan kapas. Padahal mereka udah sebisa mungkin melaksanakan perintah kakak-kakak senior itu dengan baik. Tapi tetap aja ada yang salah.
“Kamu yang kecil kayak tuyul!” teriak Dicky. “Jangan malah mendem di pojok. Nanti kalau kamu ilang digondol jin bisa bikin repot, tau!”
Tawa anak-anak meledak.
“Siapa yang suruh ketawa!” bentak Ilham. “Keterlaluan sekali kalian, ngetawain teman sendiri!”
Aula mendadak sunyi senyap. Nggak ada yang berani bersuara apalagi ketawa.
“Oke, sekarang semuanya dengar baik-baik!” suara Rangga memecah keheningan. “Tadi pagi kalian telah diminta untuk mengumpulkan surat cinta dan surat benci untuk kakak senior kalian kepada wali kelas masing-masing....
“Tapi ada satu surat yang rasanya aneh dan saya mau pengirim surat itu maju ke tengah lingkaran,” lanjut Rangga. “Shareen Falencya dari kelas 1 D.”
Cewek yang namanya disebut itu celingak-celinguk nggak jelas. Dan setelah tubuhnya didorong oleh teman-temannya, dia pun maju ke tengah lingkaran.
“Kamu yang namanya Shareen Falencya?” tanya Dicky begitu Shareen sudah berdiri di hadapannya.
“Iya, Kak,” jawab cewek itu sambil cengengesan dan garuk-garuk kepala.
 “Kenapa kamu garuk-garuk kepala?” tanya Dicky ketus. “Ketombean, atau memang kamu keturunan monyet?”
Weits, kasar!
“Ih, Kakak kok ngomongnya gitu sih?” jawab Dicky. “Saya kan cuma sedikit salting karena harus berdiri di tengah-tengah orang banyak gini. Kesannya kayak lagi jumpa fans gitu deh. Mmm... Kakak mau minta tanda tangan saya?”
Anak-anak kembali tertawa.
“Diam semuanya!” bentak Bisma.
Ruangan kembali hening.
Reza maju mendekati Shareen. “Lo mau ngelawan ya?!”
Shareen menggeleng sambil tersenyum.
Rafael buru-buru menarik Reza. Dia nggak mau sampai terjadi keributan. “Sabar, Za, dia emang rada aneh. Cocok sama nama julukannya: Semprul. Tadi dia habis kena hukuman push-up lagi dari Morgan. Tapi kelihatannya dia nggak berniat melawan kok.”
Reza menurut meski dengan setengah hati.
Kali ini giliran Ilham yang maju dan mendekati Shareen dengan sepucuk surat di tangannya.
“Dengar baik-baik, Shareen Falencya!” seru Ilham. “Kamu diperintahkan untuk menulis surat cinta dan surat benci. Tapi kenapa yang kamu kumpulkan cuma satu surat doang?”
“Ooo... itu karena di dalamnya udah lengkap terdapat ungkapan cinta dan ungkapan benci untuk pangeran yang telah menawan hati saya.”
“Oke kalau begitu,” kata Ilham. “Sekarang saya minta kamu bacakan surat yang udah kamu tulis ini dengan suara lantang.”
Semua pengurus OSIS yang berkumpul di tengah lingkaran bertepuk tangan dan berteriak riuh. Cuma Morgan yang berdiri dengan kedua tangan terlipat di depan dada dan tampangnya manyun luar biasa.
“Tapi, Kak, surat ini nggak bisa saya bacakan,” sahut Shareen.
“Kenapa?” Ilham bertanya. “Kamu malu?”
“Bukan, Kak,” jawab Shareen. “Tapi surat ini harus dinyanyikan.”
“Dinyanyikan?” Ilham jadi heran.
Shareen mengangguk. “Karena surat ini adalah lagu cinta. Jadi akan menjadi lebih indah dan bermakna apabila dinyanyikan.”
“Kalau begitu ya nyanyikan aja,” celetuk Bisma.
“Mmm... boleh nggak kalau saya menyanyikannya sambil memainkan piano itu?” Shareen meminta izin sambil menunjuk ke arah piano yang ada di depan aula.
Piano itu memang selalu berada di situ. Biasanya sih digunakan saat ada acara-acara sekolah yang membutuhkan iringan musik.
“Boleh aja kalau kamu memang bisa,” jawab Dicky.
Shareen tersenyum simpul lalu berjalan mendekati piano itu. Dia duduk dan membuka tutup piano, lalu menempatkan jemarinya di atas deretan tuts berwarna hitam dan putih itu.
Beberapa anggota OSIS berjalan mendekat dan memasang mikrofon di dekat piano. Mereka juga memberikan mikrofon kecil yang kemudian dipasang di kerah baju Sareen agar suara Shareen dapat terdengar ke seluruh sudut aula.
“Tes... tes... satu dua tiga...,” shareen mencoba mikrofonnya. “Oke, lagu sederhana ini saya persembahkan kepada seorang cowok yang telah membuat saya jatuh cinta. Handi Morgan Winata alias Kak Morgan.”
Tepuk tangan memenuhi aula. Ada yang berteriak, ada yang bersiul, bahkan ada yang melompat-lompat nggak jelas.
Morgan merengut kesal. Dia beranjak hendak meninggalkan aula, tapi teman-temannya langsung mencegat langkahnya. Morgan pun mengurungkan niatnya. Dia cuma bisa berdiri diam dengan tampang jutek. Jelas banget niat teman-temannya pengin ngerjain dia. Soalnya, di antara surat-surat yang diterima wali kelas satu, cuma ada satu surat cinta yang ditujukan untuk Morgan. Ya surat dari shareen ini. Selebihnya Morgan cuma menerima setumpuk surat benci.
Selama MOS berlangsung, Morgan menjadi senior yang paling ditakuti. Dia nggak terlalu suka ngomel atau ngebentak-bentak, tapi kalau udah bersuara nyeremin banget. Dia juga yang paling tega ngasih hukuman lari sepuluh kali keliling lapangan. Kalau ngomong pedesnya minta ampun. Dan sorot matanya itu lho, tajam banget. Nggak ada satu pun junior yang nggak disiplin bisa lolos dari cengkeraman Morgan. Bagi morgan, nggak ada tuh yang namanya kompromi. Senior lain sih ada juga yang galak, tapi nggak ada yang semenakutkan Morgan.
Nada-nada yang mengalun dari piano membuat semua orang terdiam. Shareen memainkan jemarinya di atas piano sambil tersenyum menatap Morgan. Morgan buang muka. Tapi Shareen tetap menatapnya, melantunkan lagu cinta dari bibirnya.
Ketika pagi datang
Ku tak pernah mengira
Kan bertemu denganmu
Di depan sekolahku
Jantungku pun berdetak
Sungguh sangat cepatnya
Dan ku tahu ku tlah jatuh cinta
Ketika malam datang
Sepi yang kurasakan
Tanpamu di sisiku
Galau selimuti kalbu
Ingin ku membencimu
www.rajaebookgratis.com
Karna kaucuri hatiku
Dan buatku tergila-gila
Tuk mencintaimu
Reff :
Percayalah sayangku
Kan kubawa kau ke surga
Ku berjanji padamu
Takkan meninggalkanmu
Meskipun dunia tak inginkan dirimu
Ku akan slalu di sisimu
Tepuk tangan membahana di seluruh sudut aula. Sorakan riuh rendah menutup pertunjukan singkat Shareen. Shareen berdiri dan berjalan ke sisi kanan piano. Sambil tersenyum lebar dia membungkukkan badannya berulang kali layaknya selebriti yang habis ngadain konser. Ia melambaikan tangannya dan meniupkan ciuman ke sekelilingnya. Gelak tawa, sorakan, siulan, dan tepuk tangan terus mengalir.
“Diam semuanya!” bentakan Morgan yang tiba-tiba membuat seisi aula mendadak hening. Anak-anak terdiam karena kaget.
Dikcy mendekati morgan lalu berbisik heran, “Kenapa sih, Gan?”
Morgan nggak menjawab. Dia malah berjalan mendekati shareen yang masih berdiri di sisi piano sambil tersenyum.
“Kenapa kamu senyum-senyum?” tanya Morgan sinis.
“Karena Kakak ganteng,” Morgan langsung menjawab tanpa ragu.
Suit... suit...! Siulan terdengar dari arah anak-anak kelas satu yang sedang berdiri.
“Siapa yang bersiul?” tanya Morgan dengan suara keras dan tegas. Matanya melotot ke arah asal suara.
Hening. Nggak ada yang berani ngaku.
Morgan kembali menatap Shareen yang masih berdiri dan tersenyum di depannya.
“Apa lagu itu kamu ciptakan buat saya?” kali ini suara Morgan terdengar lebih halus.
Shareen mengangguk. “Iya, lagu itu saya ciptakan khusus untuk Kakak.”
“Kalau begitu saya sarankan, jangan pernah kamu menyanyikan lagu itu di sekolah ini,” kata Morgan dengan nada mengancam. “Lebih baik kamu nyanyi di bus kota aja, itung-itung bisa dapat uang saku ekstra. Karena kalau kamu berani menyanyikan lagu itu di sekolah ini lagi, saya tidak akan memberikan kamu uang recehan, tapi air comberan!”
“Kok gitu sih, Kak?” tanya Shareen. “Padahal Indra Lesmana pernah memuji suara saya loh waktu saya ikut audisi Indonesian Idol 1. Katanya suara saya khas dan unik. Teknik falseto saya juga top. Tapi sayangnya, waktu itu saya mundur gara-
gara takut Delon merasa tersaingi deh saya. Maklumlah, saya ini orangnya suka nggak enakan.”
Tawa kembali meledak. Para senior alias anggota OSIS berusaha sebisa mungkin mengulum tawa. Bagaimanapun Morgan kan ketua mereka. Kalau mereka ikut tertawa, itu sama aja mereka ngetawain Morgan.
Morgan benar-benar keki. Kalau saat ini bukan acara MOS, Morgan yakin tinjunya sudah bersarang di wajah cewek jayus ini.
“Semua diam!” bentak Morgan kesal. “Dan kamu... kembali ke kelompok kamu!”
Kayaknya, cewek satu ini akan benar-benar mengusik kehidupan Morgan.




====TBC==== 
No Bully -
No Copas -
Maaf kalau jelek...........

My Rival Is My Love Part 1A

Diposting oleh Unknown di 7/23/2012 09:33:00 AM 0 komentar

RAFAEL berdiri di samping Morgan sambil menyisir rambutnya yang berdiri kayak duri landak dengan jari-jarinya.
“Gan, pokoknya kalo anak-anak baru itu udah pada datang, lo mesti ngeluarin seluruh kemampuan lo buat bikin mereka takut,” ujarnya bak perwira yang sedang memerintah anak buahnya.
“Iya, gue tahu,” respons Morgan singkat. Cowok bertubuh tinggi itu berdiri tegak sambil celingak-celinguk memerhatikan gerbang sekolah.
Udara pagi itu masih terasa agak lembap. Jalanan masih basah bekas diguyur hujan subuh tadi. Tapi beberapa anak yang tergabung dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah SMAN 6 BANDUNG udah pada kumpul di sekolah sejak jam 06.00 dengan semangat 45. Nggak ada seorang pun yang pasang tampang lemas. Apalagi Handi Morgan Winata, yang lebih beken dengan panggilan “Morgan, cowok tinggi berambut model cepak yang udah hampir setahun ini memegang jabatan ketua OSIS. Dia udah tiba di sekolah sejak jam 05.30, waktu hujan masih dengan riangnya menyiram tanah pertiwi dan gerbang sekolah belum dibuka oleh Pak Susilo, si penjaga sekolah.
Hari ini adalah hari pertama MOS (Masa Orientasi Siswa) buat anak-anak kelas 1 yang untuk pertama kali mengenakan seragam putih abu-abunya. MOS ini sebenarnya diciptakan untuk mengakrabkan para guru dengan siswa baru, kakak-kakak kelas dengan junior-juniornya, juga sarana untuk memperkenalkan siswa baru pada lingkungan sekolah dan program-program sekolah. Tapi bagi beberapa anggota OSIS, terkadang MOS disalahgunakan. Di balik tujuan baik penyelenggaraan MOS ini sering kali ada maksud terselubung, yaitu balas dendam.
Sudah menjadi tradisi turun-temurun bahwa selama MOS yang diadakan tiga hari ini, para anggota OSIS punya wewenang untuk “mengatur” adik-adik kelas mereka yang baru. Katanya sih biar para siswa baru itu punya mental kuat untuk menghadapi kerasnya dunia SMA kelak, juga biar mereka bisa menanggalkan sifat manja yang masih mereka bawa dari lingkungan SMP. Tapi sebenarnya tetap saja balas dendam menjadi tujuan utama para senior ini. Apalagi buat yang sudah duduk di kelas 3, MOS kali ini kan merupakan MOS terakhir buat mereka. Kapan lagi punya kesempatan bentak-bentak dan ngerjain orang tanpa perlu takut dibalas?
“Eh, Raf, anak-anak udah pada siap di posisi masing-masing?” tanya Morgan.
Rafael menganggukkan kepalanya sambil berkata, “Lo tenang aja, semua udah stand by di tempat masing-masing.”
Morgan manggut-manggut. Kepalanya masih sibuk bergerak dan matanya terus memantau gerbang sekolah tanpa berkedip.
“Itu mangsa kita udah datang!” seru Morgan senang. Bibirnya merekah memperlihatkan gigi kelinci yang nangkring di gusinya.
“Mana... mana...?” Rafael maju beberapa langkah sambil melihat ke arah gerbang sekolah. “Iya... benar. Mereka udah datang.”
“Siapa aja yang bertugas menjaga gerbang dan memeriksa kelengkapan atribut anak-anak baru itu?” tanya Morgan.
“Mmm...Reza,Bisma,Ilham,Dicky... sama satu lagi... si Rangga.”
Morgan tersenyum puas. Lima orang yang baru saja disebut Rafael adalah anak buah kesayangannya. Soalnya selain bertampang sangar, mereka juga tegas, bermulut pedas, dan pantang disogok. Morgan yakin lima orang itu akan melaksanakan tugas mereka dengan sangat baik.
@(^-^)@
“Woi, jalannya lelet banget sih? Keturunan siput semua, ya?!” Bisma meneriaki segerombolan anak yang berjalan kaki ke arah gerbang sekolah.
Penampilan anak-anak itu terlihat sangat unik. Mereka memakai topi yang terbuat dari batok kelapa yang dibelah menjadi dua dengan warna yang berbeda-beda. Di atas batok kelapa itu ditempeli bulu-bulu ayam yang disusun berjajar sehingga membentuk kipas. Selain itu mereka juga mengenakan kalung dari jengkol dan pada kalung itu digantung karton putih yang bertuliskan nama julukan mereka. Buat siswa perempuan, rambut mereka dikucir kecil-kecil dan diikat pita berwarna senada dengan topi mereka. Tas yang menggantung di punggung terbuat dari sarung bantal yang nggak tahu gimana caranya bisa disulap jadi ransel. Benar-benar pemandangan yang begitu menarik perhatian. Lucu banget!
“Woi, anak siput! Kalau dalam hitungan ketiga kalian belum juga sampai di hadapan saya, saya suruh kalian lompat kodok dari situ!” ancam Dicky.
“Satu...!” Dicky mulai menghitung.
Gerombolan anak-anak itu bergegas berlari menuju kakak-kakak kelas mereka dengan wajah ketakutan.
“Tiga...! Cepat lompat kodok semuanya!” bentak Dicky.
Para siswa baru itu pada bengong. Perasaan tadi baru hitungan kesatu, kok sekarang udah tiga. Duanya dikemanain? Bukannya tetap berlari, mereka malah berhenti dan pasang tampang bloon.
“Kalian ngerti lompat kodok nggak sih? Cepat lompat kodok dari situ!” Ilham ikut bentak-bentak.
Suara dan tampang Ilham yang nyeremin bikin anak-anak baru itu langsung jongkok dan mulai melompat kayak kodok. Mereka meletakkan kedua tangan di belakang kepala dan mulai melompat dengan kedua kaki.
“Semuanya lompat sambil ikutin nyanyian saya ya! Harus yang keras!” perintah Rangga yang berdiri di depan barisan anak-anak yang mulai melompat.
Rangga memimpin barisan sambil bernyanyi, “Kodok ngorek kodok ngorek... ngorek di pinggir kali. Teot tet blung teot tet blung... teot teot tet blung.
Anak-anak yang melompat di belakangnya ikut bernyanyi mengikuti Rangga. Warga yang tinggal di sekitar gedung sekolah serentak keluar dari rumah masing-masing karena mendengar keramaian yang terasa sangat aneh. Para pengguna jalan juga berhenti sejenak untuk menikmati pemandangan itu. Sebagian besar dari mereka tersenyum dan berusaha mengulum tawa, tapi ada juga sekelompok ibu-ibu yang mengumpat karena merasa kegiatan ini konyol dan nggak ada gunanya.
Namun apa mau dikata, ini kan tradisi turun-temurun. Lagi pula tradisi ini, walaupun kelihatannya agak kejam, nggak pernah sampai menimbulkan korban jiwa kok. Malah biasanya membawa keuntungan tersendiri. Misalnya, pernah ada orangtua murid yang datang ke sekolah untuk berterima kasih, karena anak mereka yang pemalu dan pendiam, setelah digojlok lewat program MOS selama tiga hari, anak itu malah bisa lebih terbuka dan beradaptasi dengan lingkungan sekolah yang baru.
Dan efek positif yang lain, selesai MOS, anak-anak baru bisa langsung akrab dengan kakak kelas. Malah terkadang ada yang terlibat cinlok alias cinta lokasi. Makanya sampai sekarang, di saat tradisi MOS mulai dihapus di beberapa sekolah, SMA 6 BANDUNG tetap mempertahankannya.
“Nyanyinya yang keras dong! Mana suaranya!” bentak Reza. “Yang udah sampai di hadapan kakak yang rambutnya jabrik itu langsung berdiri dan buat barisan.”
Bisma, yang tahu bahwa dirinyalah yang dimaksud Reza, langsung mengambil posisi dan mengatur beberapa anak yang sudah sampai di hadapannya.
“Kalian yang baru datang, langsung lompat kodok dan ikutan nyanyi!” seru Bisma kepada sekelompok anak yang baru saja tiba.
“Hei! Kamu ngapain lompat kayak gitu?” tegur Ilham dengan mata melotot ke arah seorang cewek yang sedang asyik melompat dengan kedua tangan terjulur ke depan, bukan di belakang kepala.
“Saya, Kak?” tanya cewek itu dengan tampang heran.
 “Iya, kamu!” Bisma membaca karton nama yang menggantung di leher anak baru itu. “Semprul, ke sini kamu!” ujar Bismar ketus.
“Lho, salah saya apa, Kak?” tanya cewek itu.
“Berdiri kamu, dan ikut saya!” perintah Bisma.
Cowok itu menurut dan mengikuti Bismar keluar dari kelompoknya.
“Kamu nggak tau cara lompat kodok, ya?” tanya Bisma berusaha sabar begitu berhadapan dengan anak baru itu.
“Tau, Kak. Bahkan saya pernah melakukan observasi khusus pada kodok-kodok yang sering numpang nginep di kolam ikan rumah saya.”
“Saya nggak minta kamu melucu! Kamu mau sok jagoan, ya?” Bisma mulai kehilangan kesabaran.
“Saya kan cuma melakukan observasi aja, Kak. Kok dibilang sok jagoan sih? Emang sihs aya kurang kerjaan. Tapi saya sama sekali nggak ada maksud untuk sok jagoan kok. Nah, kebetulan tadi saya disuruh lompat kodok, ya saya terapkan aja hasil observasi saya itu. Soalnya, menurut hasil observasi saya, kodok tuh melompat dengan menggunakan keempat kakinya. Kedua kaki depannya bukan ditaruh di belakang kepala kayak teman-teman saya. Mereka salah, Kak. Yang benar ya kedua tangan kita juga harus digunakan untuk melompat supaya mirip kodok. Makanya saya melompat seperti itu. Kan disuruhnya lompat kodok,” cewek itu menjelaskan dengan tampang serius.
Bisma menarik napas panjang. Dia agak bingung. Sebenarnya nih cewel memang bermaksud melawan atau memang agak tulalit. Soalnya kalau dilihat dari tampang innocent-nya, cewek ini tampaknya sama sekali nggak ada niat untuk memberontak. Bisma berpikir sejenak, dan ia merasa ada baiknya kalau nih anak aneh langsung diserahkan aja ke Morgan daripada dia salah mengambil keputusan.
“Kamu ikut saya!” perintah Bisma.
“Ke mana, Kak? Saya jangan diapa-apain, ya. Nanti mama saya marah kalau saya melakukan hal yang berlawanan dengan agama. Lagi pula kalo boleh jujur, saya masih suka sama cowok, Kak,” kata cewek itu dengan tampang memelas.
Bisma melotot memandang cewek aneh yang berdiri di hadapannya. “Lo pikir gue cowok apaan?”
“Iih, Kakak... Gitu aja kok marah sih?”
Bisma benar-benar nggak tahan. Tangannya terkepal menahan marah. Dia langsung berbalik lagi dan berjalan menuju pos yang ditempati Morgan dan Rafael selaku dewan pengadilan yang bertugas mengatur anak-anak aneh yang suka melanggar aturan MOS.
Si cewek aneh itu berjalan di belakang Bisma, tetap dengan wajah tanpa dosa.
“Gan, ada pasien buat lo nih! Namanya Semprul!” ujar Bisma kesal ketika sudah sampai di pos Morgan.
Cewek aneh itu berdiri agak jauh dari tempat Morgan, Rafael, dan Bisma. Tapi tatapan tajamnya lurus ke arah Morgan. Senyumnya merekah dan memperlihatkan senyuman manisnya.
“Apa kasusnya?” tanya Rafael.
“Anak aneh,” jawab Bisma singkat. “Cocok banget sama julukannya.”
Morgan menatap cewek yang berdiri nggak jauh dari hadapannya. Anak aneh? Apa yang aneh dari cewek itu? Bahkan menurut Morgan, tampangnya oke kok. Badannya yang tinggi dan langsing bikin tu cewek jadi kelihatan cute. Mukanya yang rada oriental mengingatkan Morgan pada bintang film kesayangan Mama, si Kim O Eun itu tuh. Morgan yakin banget, nggak lama lagi nih cewek pasti bakal jadi salah satu idola sekolah. Tampangnya innocent banget, apalagi senyumnya itu. Tapi entah kenapa, Morgan merasa wajah cewek itu mirip dengan orang yang dikenalnya. Mm... siapa ya?
“Memangnya dia bikin salah apa,Bis, sampai lo bilang dia anak aneh?” tanya Morgan heran. “Apa atribut yang dipakainya nggak lengkap?”
“Kalau soal atribut sih gue nggak tau ya, soalnya gue sama sekali belum periksa,” jelas Bisma. “Tapi yang pasti gue serahin dia ke elo karena dia... asli banget... orang aneh.”
“Apanya yang aneh sih?” Rafael penasaran.
“Lo tanya aja sendiri,” kata Bisma. “Gue mau balik ke pos gue.”
Rafael dan Morgan berpandangan heran. Bisma berjalan menjauh dan kembali bergabung dengan timnya yang sedang berteriak-teriak ke arah anak-anak baru.
Rafael menatap “cowok aneh” yang masih berdiri di tempatnya tadi, lalu memanggilnya, “Heh, Semprul, cepat ke sini!”
Cewek itu celingak-celinguk ke kanan dan kiri, lalu kembali menatap Rafael sambil menunjuk dirinya sendiri. Ia seperti hendak memastikan bahwa memang dia yang dipanggil Rafael barusan.
“Iya, kamu. Memang kamu kira siapa lagi? Baca dong papan nama di dada kamu!” Rafael jadi agak sewot.
Cewek itu berjalan mendekati Rafael dan Morgan.
“Kamu tahu kenapa kamu dibawa menghadap kami?” tanya Rafael begitu cewek itu udah berdiri di hadapannya.
“Mm... awalnya sih saya kira kakak yang tadi itu naksir sama saya dan punya maksud jelek sama saya, tapi sekarang saya sadar...,” jawab cewek itu menggantung kalimatnya.
“Sadar apaan?” tanya Morgan tegas.
“Saya sadar... bahwa kakak tadi ternyata hanya ingin mengantar saya untuk bertemu dengan pangeran yang selama ini saya cari... yang selama ini selalu hadir dalam setiap mimpi-mimpi saya. Dan sekarang pangeran itu sudah berdiri tepat di hadapan saya,” jawab cewek itu enteng. Ia terus menatap Morgan dengan sorot memuja.


====TBC==== 
No Bully -
No Copas -
Maaf kalau jelek...........

My Rival Is My Love Part 1A

Diposting oleh Unknown di 7/23/2012 09:33:00 AM 0 komentar

RAFAEL berdiri di samping Morgan sambil menyisir rambutnya yang berdiri kayak duri landak dengan jari-jarinya.
“Gan, pokoknya kalo anak-anak baru itu udah pada datang, lo mesti ngeluarin seluruh kemampuan lo buat bikin mereka takut,” ujarnya bak perwira yang sedang memerintah anak buahnya.
“Iya, gue tahu,” respons Morgan singkat. Cowok bertubuh tinggi itu berdiri tegak sambil celingak-celinguk memerhatikan gerbang sekolah.
Udara pagi itu masih terasa agak lembap. Jalanan masih basah bekas diguyur hujan subuh tadi. Tapi beberapa anak yang tergabung dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah SMAN 6 BANDUNG udah pada kumpul di sekolah sejak jam 06.00 dengan semangat 45. Nggak ada seorang pun yang pasang tampang lemas. Apalagi Handi Morgan Winata, yang lebih beken dengan panggilan “Morgan, cowok tinggi berambut model cepak yang udah hampir setahun ini memegang jabatan ketua OSIS. Dia udah tiba di sekolah sejak jam 05.30, waktu hujan masih dengan riangnya menyiram tanah pertiwi dan gerbang sekolah belum dibuka oleh Pak Susilo, si penjaga sekolah.
Hari ini adalah hari pertama MOS (Masa Orientasi Siswa) buat anak-anak kelas 1 yang untuk pertama kali mengenakan seragam putih abu-abunya. MOS ini sebenarnya diciptakan untuk mengakrabkan para guru dengan siswa baru, kakak-kakak kelas dengan junior-juniornya, juga sarana untuk memperkenalkan siswa baru pada lingkungan sekolah dan program-program sekolah. Tapi bagi beberapa anggota OSIS, terkadang MOS disalahgunakan. Di balik tujuan baik penyelenggaraan MOS ini sering kali ada maksud terselubung, yaitu balas dendam.
Sudah menjadi tradisi turun-temurun bahwa selama MOS yang diadakan tiga hari ini, para anggota OSIS punya wewenang untuk “mengatur” adik-adik kelas mereka yang baru. Katanya sih biar para siswa baru itu punya mental kuat untuk menghadapi kerasnya dunia SMA kelak, juga biar mereka bisa menanggalkan sifat manja yang masih mereka bawa dari lingkungan SMP. Tapi sebenarnya tetap saja balas dendam menjadi tujuan utama para senior ini. Apalagi buat yang sudah duduk di kelas 3, MOS kali ini kan merupakan MOS terakhir buat mereka. Kapan lagi punya kesempatan bentak-bentak dan ngerjain orang tanpa perlu takut dibalas?
“Eh, Raf, anak-anak udah pada siap di posisi masing-masing?” tanya Morgan.
Rafael menganggukkan kepalanya sambil berkata, “Lo tenang aja, semua udah stand by di tempat masing-masing.”
Morgan manggut-manggut. Kepalanya masih sibuk bergerak dan matanya terus memantau gerbang sekolah tanpa berkedip.
“Itu mangsa kita udah datang!” seru Morgan senang. Bibirnya merekah memperlihatkan gigi kelinci yang nangkring di gusinya.
“Mana... mana...?” Rafael maju beberapa langkah sambil melihat ke arah gerbang sekolah. “Iya... benar. Mereka udah datang.”
“Siapa aja yang bertugas menjaga gerbang dan memeriksa kelengkapan atribut anak-anak baru itu?” tanya Morgan.
“Mmm...Reza,Bisma,Ilham,Dicky... sama satu lagi... si Rangga.”
Morgan tersenyum puas. Lima orang yang baru saja disebut Rafael adalah anak buah kesayangannya. Soalnya selain bertampang sangar, mereka juga tegas, bermulut pedas, dan pantang disogok. Morgan yakin lima orang itu akan melaksanakan tugas mereka dengan sangat baik.
@(^-^)@
“Woi, jalannya lelet banget sih? Keturunan siput semua, ya?!” Bisma meneriaki segerombolan anak yang berjalan kaki ke arah gerbang sekolah.
Penampilan anak-anak itu terlihat sangat unik. Mereka memakai topi yang terbuat dari batok kelapa yang dibelah menjadi dua dengan warna yang berbeda-beda. Di atas batok kelapa itu ditempeli bulu-bulu ayam yang disusun berjajar sehingga membentuk kipas. Selain itu mereka juga mengenakan kalung dari jengkol dan pada kalung itu digantung karton putih yang bertuliskan nama julukan mereka. Buat siswa perempuan, rambut mereka dikucir kecil-kecil dan diikat pita berwarna senada dengan topi mereka. Tas yang menggantung di punggung terbuat dari sarung bantal yang nggak tahu gimana caranya bisa disulap jadi ransel. Benar-benar pemandangan yang begitu menarik perhatian. Lucu banget!
“Woi, anak siput! Kalau dalam hitungan ketiga kalian belum juga sampai di hadapan saya, saya suruh kalian lompat kodok dari situ!” ancam Dicky.
“Satu...!” Dicky mulai menghitung.
Gerombolan anak-anak itu bergegas berlari menuju kakak-kakak kelas mereka dengan wajah ketakutan.
“Tiga...! Cepat lompat kodok semuanya!” bentak Dicky.
Para siswa baru itu pada bengong. Perasaan tadi baru hitungan kesatu, kok sekarang udah tiga. Duanya dikemanain? Bukannya tetap berlari, mereka malah berhenti dan pasang tampang bloon.
“Kalian ngerti lompat kodok nggak sih? Cepat lompat kodok dari situ!” Ilham ikut bentak-bentak.
Suara dan tampang Ilham yang nyeremin bikin anak-anak baru itu langsung jongkok dan mulai melompat kayak kodok. Mereka meletakkan kedua tangan di belakang kepala dan mulai melompat dengan kedua kaki.
“Semuanya lompat sambil ikutin nyanyian saya ya! Harus yang keras!” perintah Rangga yang berdiri di depan barisan anak-anak yang mulai melompat.
Rangga memimpin barisan sambil bernyanyi, “Kodok ngorek kodok ngorek... ngorek di pinggir kali. Teot tet blung teot tet blung... teot teot tet blung.
Anak-anak yang melompat di belakangnya ikut bernyanyi mengikuti Rangga. Warga yang tinggal di sekitar gedung sekolah serentak keluar dari rumah masing-masing karena mendengar keramaian yang terasa sangat aneh. Para pengguna jalan juga berhenti sejenak untuk menikmati pemandangan itu. Sebagian besar dari mereka tersenyum dan berusaha mengulum tawa, tapi ada juga sekelompok ibu-ibu yang mengumpat karena merasa kegiatan ini konyol dan nggak ada gunanya.
Namun apa mau dikata, ini kan tradisi turun-temurun. Lagi pula tradisi ini, walaupun kelihatannya agak kejam, nggak pernah sampai menimbulkan korban jiwa kok. Malah biasanya membawa keuntungan tersendiri. Misalnya, pernah ada orangtua murid yang datang ke sekolah untuk berterima kasih, karena anak mereka yang pemalu dan pendiam, setelah digojlok lewat program MOS selama tiga hari, anak itu malah bisa lebih terbuka dan beradaptasi dengan lingkungan sekolah yang baru.
Dan efek positif yang lain, selesai MOS, anak-anak baru bisa langsung akrab dengan kakak kelas. Malah terkadang ada yang terlibat cinlok alias cinta lokasi. Makanya sampai sekarang, di saat tradisi MOS mulai dihapus di beberapa sekolah, SMA 6 BANDUNG tetap mempertahankannya.
“Nyanyinya yang keras dong! Mana suaranya!” bentak Reza. “Yang udah sampai di hadapan kakak yang rambutnya jabrik itu langsung berdiri dan buat barisan.”
Bisma, yang tahu bahwa dirinyalah yang dimaksud Reza, langsung mengambil posisi dan mengatur beberapa anak yang sudah sampai di hadapannya.
“Kalian yang baru datang, langsung lompat kodok dan ikutan nyanyi!” seru Bisma kepada sekelompok anak yang baru saja tiba.
“Hei! Kamu ngapain lompat kayak gitu?” tegur Ilham dengan mata melotot ke arah seorang cewek yang sedang asyik melompat dengan kedua tangan terjulur ke depan, bukan di belakang kepala.
“Saya, Kak?” tanya cewek itu dengan tampang heran.
 “Iya, kamu!” Bisma membaca karton nama yang menggantung di leher anak baru itu. “Semprul, ke sini kamu!” ujar Bismar ketus.
“Lho, salah saya apa, Kak?” tanya cewek itu.
“Berdiri kamu, dan ikut saya!” perintah Bisma.
Cowok itu menurut dan mengikuti Bismar keluar dari kelompoknya.
“Kamu nggak tau cara lompat kodok, ya?” tanya Bisma berusaha sabar begitu berhadapan dengan anak baru itu.
“Tau, Kak. Bahkan saya pernah melakukan observasi khusus pada kodok-kodok yang sering numpang nginep di kolam ikan rumah saya.”
“Saya nggak minta kamu melucu! Kamu mau sok jagoan, ya?” Bisma mulai kehilangan kesabaran.
“Saya kan cuma melakukan observasi aja, Kak. Kok dibilang sok jagoan sih? Emang sihs aya kurang kerjaan. Tapi saya sama sekali nggak ada maksud untuk sok jagoan kok. Nah, kebetulan tadi saya disuruh lompat kodok, ya saya terapkan aja hasil observasi saya itu. Soalnya, menurut hasil observasi saya, kodok tuh melompat dengan menggunakan keempat kakinya. Kedua kaki depannya bukan ditaruh di belakang kepala kayak teman-teman saya. Mereka salah, Kak. Yang benar ya kedua tangan kita juga harus digunakan untuk melompat supaya mirip kodok. Makanya saya melompat seperti itu. Kan disuruhnya lompat kodok,” cewek itu menjelaskan dengan tampang serius.
Bisma menarik napas panjang. Dia agak bingung. Sebenarnya nih cewel memang bermaksud melawan atau memang agak tulalit. Soalnya kalau dilihat dari tampang innocent-nya, cewek ini tampaknya sama sekali nggak ada niat untuk memberontak. Bisma berpikir sejenak, dan ia merasa ada baiknya kalau nih anak aneh langsung diserahkan aja ke Morgan daripada dia salah mengambil keputusan.
“Kamu ikut saya!” perintah Bisma.
“Ke mana, Kak? Saya jangan diapa-apain, ya. Nanti mama saya marah kalau saya melakukan hal yang berlawanan dengan agama. Lagi pula kalo boleh jujur, saya masih suka sama cowok, Kak,” kata cewek itu dengan tampang memelas.
Bisma melotot memandang cewek aneh yang berdiri di hadapannya. “Lo pikir gue cowok apaan?”
“Iih, Kakak... Gitu aja kok marah sih?”
Bisma benar-benar nggak tahan. Tangannya terkepal menahan marah. Dia langsung berbalik lagi dan berjalan menuju pos yang ditempati Morgan dan Rafael selaku dewan pengadilan yang bertugas mengatur anak-anak aneh yang suka melanggar aturan MOS.
Si cewek aneh itu berjalan di belakang Bisma, tetap dengan wajah tanpa dosa.
“Gan, ada pasien buat lo nih! Namanya Semprul!” ujar Bisma kesal ketika sudah sampai di pos Morgan.
Cewek aneh itu berdiri agak jauh dari tempat Morgan, Rafael, dan Bisma. Tapi tatapan tajamnya lurus ke arah Morgan. Senyumnya merekah dan memperlihatkan senyuman manisnya.
“Apa kasusnya?” tanya Rafael.
“Anak aneh,” jawab Bisma singkat. “Cocok banget sama julukannya.”
Morgan menatap cewek yang berdiri nggak jauh dari hadapannya. Anak aneh? Apa yang aneh dari cewek itu? Bahkan menurut Morgan, tampangnya oke kok. Badannya yang tinggi dan langsing bikin tu cewek jadi kelihatan cute. Mukanya yang rada oriental mengingatkan Morgan pada bintang film kesayangan Mama, si Kim O Eun itu tuh. Morgan yakin banget, nggak lama lagi nih cewek pasti bakal jadi salah satu idola sekolah. Tampangnya innocent banget, apalagi senyumnya itu. Tapi entah kenapa, Morgan merasa wajah cewek itu mirip dengan orang yang dikenalnya. Mm... siapa ya?
“Memangnya dia bikin salah apa,Bis, sampai lo bilang dia anak aneh?” tanya Morgan heran. “Apa atribut yang dipakainya nggak lengkap?”
“Kalau soal atribut sih gue nggak tau ya, soalnya gue sama sekali belum periksa,” jelas Bisma. “Tapi yang pasti gue serahin dia ke elo karena dia... asli banget... orang aneh.”
“Apanya yang aneh sih?” Rafael penasaran.
“Lo tanya aja sendiri,” kata Bisma. “Gue mau balik ke pos gue.”
Rafael dan Morgan berpandangan heran. Bisma berjalan menjauh dan kembali bergabung dengan timnya yang sedang berteriak-teriak ke arah anak-anak baru.
Rafael menatap “cowok aneh” yang masih berdiri di tempatnya tadi, lalu memanggilnya, “Heh, Semprul, cepat ke sini!”
Cewek itu celingak-celinguk ke kanan dan kiri, lalu kembali menatap Rafael sambil menunjuk dirinya sendiri. Ia seperti hendak memastikan bahwa memang dia yang dipanggil Rafael barusan.
“Iya, kamu. Memang kamu kira siapa lagi? Baca dong papan nama di dada kamu!” Rafael jadi agak sewot.
Cewek itu berjalan mendekati Rafael dan Morgan.
“Kamu tahu kenapa kamu dibawa menghadap kami?” tanya Rafael begitu cewek itu udah berdiri di hadapannya.
“Mm... awalnya sih saya kira kakak yang tadi itu naksir sama saya dan punya maksud jelek sama saya, tapi sekarang saya sadar...,” jawab cewek itu menggantung kalimatnya.
“Sadar apaan?” tanya Morgan tegas.
“Saya sadar... bahwa kakak tadi ternyata hanya ingin mengantar saya untuk bertemu dengan pangeran yang selama ini saya cari... yang selama ini selalu hadir dalam setiap mimpi-mimpi saya. Dan sekarang pangeran itu sudah berdiri tepat di hadapan saya,” jawab cewek itu enteng. Ia terus menatap Morgan dengan sorot memuja.


====TBC==== 
No Bully -
No Copas -
Maaf kalau jelek...........

Selasa, 17 Juli 2012

Ada Cinta Di RPL 3

Diposting oleh Unknown di 7/17/2012 08:03:00 AM 0 komentar

Ini CERPEN bukan tentang SMASH tapi tentang Kelas XII RPL 3 - SMAKGU.......


RPL 3………Adalah kelas yang sangat gue sayangi.Dari mulai kelas X hingga kelas XII saat ini.Di saat-saat mau pisah gini dengan temen-temen gue tercinta,malah sering terjadi konflik di kelas gue.Upzzzzz,sampai lupa ngasih tau apa itu RPL dan lupa ngenalin diri.
Kenalin,nama gue Kara Meisyita Winata………..
RPL  adalah singkatan dari Rekayasa Pikiran Linglung…..Lho ze?????Maaf ya salah,yang benar itu Rekayasa Perangkat Lunak.Sebuah jurusan Tekhnologi Informasi dan Komunikasi di Sekolah Menengah Kejuruan or SMK.Tau ga,jurusan RPL itu  adalah jurusan paling membingungkan diantara jurusan-jurusan lain seperti Multimedia(MM),Teknik Komputer dan Jaringan(TKJ),and the last  Jasa Boga(JB).Lho kok jadi promosi sich.
^Back To Story…..^
“Mana sich yang lain,kok masih sepi.Gue berangkatnya kepagian apa kesiangan ya?”gerutu gue di depan kelas yang masih kosong.Gue duduk di tempat duduk yang udah disediakan di depan kelas.
Kebetulan tempat parkir ada di seberang kelas gue.So,,,,gue bisa tau siapa yang datang setelah gue.
“Pagi Kara,udah lama ya datangnya?”sapa Vita.
“Pagi juga Vita.Embbbb,ga sich.Gue juga baru aja datang.”
“Ni hari kok sepi banget ya?”
“Iya Vit,gue kira gue kesiangan.Eh ternyata kepagian gue datangnya.”
“Lo udah selesai belum tugasnya Pak Fendi?”
“Tugas ??????Gue gatau Vit.Pinjem dund,gue mau nyontek.”pinta gue.
“Bentar ya….Gue cariin dulu.”jawab Vita sambil mencari buku di dalam tasnya.
“Nich Kar.”
“Oke,gue masuk kelas dulu ya….Pelajaran jam ke 0.He he he……”
SKIP
SKIP
SKIP
Selama 15 menit gue selesai meng-CoPas pekerjaannya Vita.Tapi semakin lama semakin banyak teman-teman gue yang datang.Mereka banyak yang buru-buru masuk ke kelas buat memulai pelajaran jam ke 0.
“Kar,lo kan udah selesai.Pinjem dund.”pinta Randi.
“Iya Ran,nich tangkap ya.”melempar buku ke Randi.
Daripada gue nganggur,sedangkan yang lainnya sibuk meng-CoPas pekerjaan satu sama lain.Gue membuka laptop gue,dan memulai melanjutkan CerBung gue.*Hobi gue*…..
PERCEPAT…….
│Jam Istirahat│
“Kara,lo tau ga gossip terbaru di kelas kita?”kata Lita.
“Ga tuch.”
“Itu,si Arin sama Prama kemarin jadian.”
“Waw…..Ada yang mau nraktir nich.2 sekaligus.”kata gue mnyindir+melirik ke Arin yang sedang ngobrol sama Alfy.
“Woyyy.Guyzzzz.Semuanya ayo ke kantin.Hari ini free dibayarin Arin sama Prama yang baru jadian.”teriak Julian yang sontak membuat warga RPL 3 berdiri dari posisi awal dan berhamburan keluar kelas.
“Juleha,gue kan jadi malu.”canda Arin dengan pipi merah merona.
“Iiiccchhh,ada yang malu-malu meong nich.”sahut gue.
“Kara.Gue tambah malu ini.”
“Putri Kucing……..Pangeran tikusnya lihat tuch?”kata gue sambil menunjuk ke Prama.
“Daripada bikin Arin tambah malu,mending kita ke Kantin aja yuuuk.Ikutan beli makanan.”ajak Ningrum.
“Oke…Lets Go…….”
SKIP
SKIP
SKIP
Bulan Agustus adalah bulan yang menyenangkan bagi seluruh siswa SMKN 1 DLANGGU.Cause,,,,,1 minggu  free pelajaran.Lumayan……Tau ga buat apa???????Pastinya buat,lomba-lomba memperingati Hari Kemerdekaan.
Hari ini lomba yang dijadwalkan adalah Lomba Futsal cowok.5 cowok yang mewakili kelas gue adalah Alfin,Bayu,Sony,Kiki,Didi,and Iwan.Mereka melawan anak XII MM 1.
Pertandingan seru banget dech.anak cewek-cewek RPL 3 Lebaynya mulai kambuh buat mensuport teman-teman.
“Ayo Kiki,tendang ke Bayu…………………………..”teriak Tio member isaran.
“GOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOALLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL……….”kami semua teriak serempak ketika Bayu berhasil membobol gawang lawan.
Score akhir adalah 5-4,RPL 3-lah yang memenangkan pertandingan Futsal ini.Setelah pertandingan Futsal selesai,kami semua masuk kelas buat istirahat di siang yang sangat-sangat panas ini.
“Eh eh guyz,kalian tau ga.Di lapangan heboh banget lo?”kata Ilda.
“Emangnya dapa iL?Ada cewek telanjang?”sahut Mukti.
“Huzhhhh…Ngawur lo…Itu tuh anak JB 2 vs TKJ 3 lagi Futsal.”
“Cowok?”Tanya Fira.
“Kalau cowok mah gada heboh-hebohnya.Tapi cewek.”
“Gila ya mereka.Panas-panas gini malah berkeringat ria.”Rossa nimbrung.
“Iya Ross,kalau gue ogah banget Futsal di bawah terik matahari gini.”Arin.
“Mending dengerin music aja.”sahut Rama yang sedang tidur-tiduran di lantai.
“Iya bener tuch Ram.Kara,lo kan lagi ngehidupin Laptop.Musiiiiiiiikkk.”suruh Iwan.
“Okey…”jawab gue.
Gue memutar lagu SMASH.Tetapi anak-anak cowok banyak yang protes.
“Kok SMASH sich Kar,gue mau request lagunya Bondan.”Iwan.
“Ga,gue mau lagunya SMASH.”gue.
“SMASH itu cowok-cowok banci.”sahut Tara.
“Eh jangan seenaknya ya lo bilang SMASH itu banci.Tau dari mana lo?”jawab gue ga terima.
“Dari gaya-nya itu.”Iwan.
“Gue Tanya lo-lo pada yang ga suka SMASH ya…Lo bilang SMASH itu Banci? ? Emang mereka cowok- cowok yang ga jelas orientasi kelaminnya dan selalu mangkal tiap jam 12 ke atas di tempat- tempat tertentu untuk mendapatkan 'sesuap nasi'? Punya bukti?”
Semuanya diam…
“Maho? Apa? Manusia Homo? Emang mereka homo? Tau darimana? Emang pernah jadi korban homo-nya anak-anak SM*SH? Hm, setau gue anak-anak SM*SH normal kok, buktinya ada beberapa di antara mereka yang punya pacar cewek, dan juga suka sama LAWAN JENIS.”sambung gue.
“Ngomong apaan sich lo?”Iwan.
“Hallachhh,ngomong aja kalau lo mati gaya.Ga bisa balas omongan gue.”
“SMASH itu Cuma modal tampang doang.Ga kayak Bondan.”
Modal tampang? Gue akuin…mereka memang ganteng, cakep, cool, dll. Tapi, apakah PANTAS mereka disebut cuma MODAL TAMPANG? Lalu, bagaimana dengan keahlian dance mereka? Keahlian vocal mereka? Dan bagaimana keahlian mereka menjaga nafas, stamina, menari lincah sana-sini sambil bernyanyi? Itu gak mudah tau.Sekarang juga gue tantang lo buat nyanyi plus dancenya juga.”tantang gue.

Iwan hanya diam saja.Dia mati gaya setelah gue bentak-bentak dan gue tantangin.
“Kenapa lo diem aja?Ga bisa kan.Apa pantas lo ngejelek-jelekin SMASH.Sadar diri dund.”
“Mereka itu boy band plagiat boy band korea.”Randi nimbrung.
“Lo ga bisa ngebelain SMASH kan masalah Plagiat itu?”Mukti.
“Siapa bilang? Bukankah dulu di Indonesia juga ada boyband? Apakah karena sedang maraknya trend boyband di negara lain, seperti Korea, SM*SH langsung dijudge, MENJIPLAK? Ga ! Mereka itu terinspirasi bukan menjiplak ! Kuping kita mungkin sudah bosan akan trend lagu Indonesia saat ini, yaitu Melayu. Lalu, SM*SH datang akan konsep boybandnya. Bukankah itu suatu pertanda bangkitnya pembaharuan musik ditanah air? Kita seharusnya dapat menghargai apa yang telah dilakukan oleh anak bangsa ini. Gue suka SM*SH! Dan jangan kalian membenci SM*SH cuma karena ikut-ikutan ataupun tekanan pergaulan! Jangan ngata-ngatain SM*SH, kalau kita gak bisa seperti mereka! Kita belum tentu bisa seperti mereka! Kita harus punya alasan yang jelas kalau membenci sesuatu! Ya, menurut gue gada alasan kuat untuk membenci SM*SH, malahan seharusnya kita bangga! Setiap orang memang punya hak untuk menyukai ataupun tidak menyukai sesuatu dan setiap orang mempunyai kewajiban untuk menghargai hak orang lain.Ngerti lo.”jelas gue panjang lebar.
“Oke…Gue akuin gue kalah.”Iwan menyerah.
“Lo tadi bilang apa?SMASH Banci.Lo malu ga kalau lo gue katain Banci karena lo kalah debat dengan gue cewek?”
“Udah dech Kar,gue ngaku kalau gue kalah dari Lo.Puas lo.”
“Iya dund..Puas banget gue.”
“Hey anak RPL-3 cewek,keluar lo.Kelas gue nantangin kalian tanding Futsal.”teriak Salma anak XII TKJ 3.
“Males.”Alfy.
“Ogah.”Arin.
“Panas.”Fira.
“Ga Mood.”Ilda.
“Ntar Luntur.”Rossa.
“Lecet.”Ana.
“Eh,kalau jawab yang enak dund.”Salma.
“Perlu ditambahin bawang,merica,ketumbar ya?”Alfy.
“Lo gatau ya di luar sana panas banget.Kita kan juga gada lomba Futsal buat cewek.”Fira.
“Tapi ya buat seru-seruan aja.”sahut Diana*temen Salma*.
“Kita kan mau kelulusan,gue lebih milih santai-santai sama temen-temen gue ya daripada Futsal yang malah ngerugiin gue.”Ilda.
“Bilang aja kalau kalian takut tanding sama kita?”
“Eh Salma,kita bicara baik-baik ya sama lo.Tapi lo malah maksa.”Synta.
“Dasar lo cewek-cewek licik.”
“Udah cuek aja….Biar ga tambah panjang masalahnya”cegah gue.
SKIP
SKIP
SKIP
Gue sedang membaca Novel yang gue pinjam di Perpustakaan.
Drrrrttt…Drrrrtttt,getar HP gue.Ada telephone masuk dari nomor baru.Gue segera mengangkatnya.
“Assalamualaikum.”Gue.
“Walaikumsalam.”
“Siapa ya?”gue.
“Embbbb,gue Iwan Kar.”
“Mau ngapain lo telephone-telphone gue?Mau nglanjutin debat tadi?”
“Ga Kar,maafin gue ya.”Iwan.
“Gamau.”gue dan memencet keypad untuk mengakhiri panggilan.
Beberapa menit kemudian,Iwan telephone lagi dan gue reject.Dia terus mencoba menghubungi gue,tapi gue reject mulu.Gue memutuskan untuk menonaktifkan HPnya.
│Besok Pagi│
Gue kaget ketika melihat bangku gue.Ada sebuah kado yang gatau siapa pengirimnya.
“Hari ini hari apaan sich.Ultah gue bukan,valentine bukan.Siapa sich yang naruh ini.Isinya apaan ya?”gumam gue.
Gue membuka Kado itu.Kado itu berisi Poster SMASH,Gantungan kunci SMASH,Kalung bertuliskan SMASH,dan Flash Disk.
Pesan dari pengirim.
To : Kara………
Kara,Flash Disknya lo buka di rumah aja ya….Semoga lo senang dengan kado gue……
From : Your Secret Admirer.
Gue segera keluar kelas,dan gue lihat tempat parkir.Di situ hanya ada motor anak kelas lain.Tapi ga mungkin kalau anak kelas lain yang mengirimi gue kado.Penasaran………..
*****
Setiap pagi di meja gue ada bunga atau kado-kado yang berhubungan dengan SMASH.
│Suatu Pagi│
“Tumben gada bunga atau kado di bangku gue?”ucap gue.
“Kenapa Kar,ga afdol ya kalau gada kado?”
“Iwan…..Jadi lo yang….”
“Iya Kara,gue yang setiap hari ga pernah absen naruh bunga atau kado di meja lo.Gue cinta sama lo…”
“Hallach,,,udah deh Wan,masih pagi.Jangan ngajak bercanda.”
“Serius Kara.Gue cinta sama lo.Oia lo belum buka file yang sengaja gue hidden di Flash Disk yang gue kasih ya?”
“Belum.”
“Ydh dech,lo unhide dulu.Lalu lo pikirin jawaban lo.Lo masih nge-save nope gue kan?”
“Ga tuch..”jutex.
“Jutex amat sich.Catet di otak lo ya….08776901xxx…”
Iwan pergi ke…Tau dech kemana…..

SKIP
SKIP
Ketika gue mau ngelanjutin cerbung,gue teringat kata-kata Iwan tadi pagi.Gue langsung mencari FlashDisk yang di kasihnya.File-file yang terhidden segera gue unhide.Di situ ada sebuah folder yang di kasih nama “To Kara”.Gue segera membukanya.Isi dari folder tersebut adalah sebuah video.
Setelah gue putar,video tersebut adalah video Iwan sendiri yang menyanyi lagu SMASH-I Heart You dan BF2B-Bunga dengan iringan gitar yang di petiknya sendiri.
Perasaan gue tiba-tiba berbunga-bunga.Gue ga pernah di tembak cowok seromantis ini.Gue segera mencari nomornya Iwan.Dan gue sms.
To : Iwan
From : Kara
Wan,,,,,gue ga nyangka kalau lo bisa seromantis ini sama gue.Maafin gue ya yang selama ini sering ngebentak dan marahin lo.Thx juga dengan kado yang selama ini lo kasih ke gue.Dan jawaban gue adalah I Heart You Too ………………………………………………………………
Selang 2 menit,Iwan membalas sms gue.
To : Kara
From : Iwan
Ia Kar gue udah maafin lo kok.Jadi kita sekarang udah jadian nich?

To : Iwan
From : Kara
Iya dund Iwanku chayank……


===000END000===

Maaf ya kalau CERPENnya jelek..
Thx for All Warga Kelas XII RPL 3.....

 

DUNIA IDOLA CILIK Copyright © 2010 Designed by Ipietoon Provided By Free Blogger Templates | Freethemes4all.com

Free Website templatesSEO Web Design Agencyfreethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesFree Soccer VideosFree Wordpress ThemesFree Web Templates